MASALAH DAN PENDEWASAAN DIRI
Masalah mungkin
hanya sebuah kata sederhana, sebuah kata yang tersusun oleh 7 kata sederhana
pula. Tetapi, dibalik kesederhanaannya itu terkandung berbagai hal yang bisa
mempengaruhi setiap mahluk hidup yang bernyawa. Mulai dari tumbuhan yang tegak berdiri, hewan yang berlarian bebas di
alam belantara, hingga manusia yang mempunyai akal dan pikiran yang sangat luar
biasa. Dalam suatu masa tertentu, mayoritas mahluk hidup tersebut bisa langsung
bertekuk lutut dihadapannya, walau hanya karena satu atau dua masalah yang
kelihatannya sepele. Bahkan ketika tidak sanggup menanggapi dan mengatasinya,
sebagian diantaranya bisa mengalami gejala kegilaan atau yang biasa disebut dengan
masalah kesehatan mental. Padahal jika kita bisa berpikir positif, dari suatu
masalah tersebut kita bukan hanya akan mendapat kesulitan saja dalam menjalani
hidup, kita juga bisa mendapatkan keuntungan daripadanya. Mungkin sebagian dari
kita tidak akan percaya akan hal itu. Apakah Anda juga termasuk didalamnya ?
sebenarnya kunci dari hal itu adalah ketika kita bisa berpikir positif. Iya,
berpikir positif. Bukankah ketika suatu masalah bisa terselesaikan dengan baik,
akan menjadi hal yang sangat kita syukuri sekali, mulai dari pikiran kita yang bisa
menjadi plong, perasaan ceria yang datang bertubi-tubi sampai mood kita yang
semakin meningkat. Sesungguhnya dari masalah yang kita hadapi tadi, kita bisa mendapatkan
satu ilmu baru, yaitu ilmu untuk menyelesaikan masalah yang kira rasakan tadi.
Selain itu juga, kita juga bisa membantu orang lain untuk menyelesaikan masalah
yang sedang di deritanya, tentunya yang sama dengan yang telah kita hadapi,
baik itu yang bersifat langsung atau tidak langsung. Hem,,,, seperti salah satu
peribahasa mengatakan, “selalu ada berkah dibalik setiap musibah.”
Berdasarkan hasil
Riset Kesehatan Dasar (RisKesDes) Kemenkes tahun 2013, prevalensi gangguan
mental emosionalyang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan
untuk usia 15 tahun keatas, mencapai 14 juta atau mencapai 6% dari jumlah
penduduk Indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat mencapai 400 ribu
orang atau 1,7 per 1000 penduduk. Berdasarkan riset diatas, masalah kesehatan
mental bukan hal yang sangat sepele, bahkan mungkin suatu hal yang sangat
genting untuk segera ditanggulangi, bukan hanya bagi masyarakat atau pemerintah
saja, tetapi merupakan tanggung jawab bagi kita semua. Data diatas mungkin
hanya sebagian saja dari jumlah total orang-orang yang mengidap masalah kesehatan
mental, tidak menutup kemungkinan data tersebut diambil hanya dari instansi terkait
yang terdata saja, semisal rumah sakit jiwa yang terdaftar secara resmi. Jika
kita rata-ratakan saja dalam satu kota ada satu orang yang mengidap masalah
kesehatan mental dan kita kalikan dengan jumlah kota yang ada di Indonesia,
mungkin data yang dihasilkan bisa lebih banyak lagi, dan bisa jadi datanya
menjadi berlipat-lipat ganda dari data yang telah dihimpun.
Dalam buku Ilmu Jiwa Agama karangan Zakiah Daradjat, dijelaskan bahwa Kesehatan mental
adalah terhindarnya orang dari gejala-gejala gangguan jiwa
(neurose) dan dari gejala-gejala penyakit jiwa (psychose) dan
merupakan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan orang
lain dan masyarakat serta lingkungan di mana ia hidup. Kesehatan mental juga
berarti terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi
jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk melengkapi masalah-masalah yang biasa terjadi,
dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya. Sedangkan,
istilah kesehatan mental dalam Al-Qur’an dan hadist digunakan dengan berbagai
kata antara
lain najat (keselamatan), fawz (keberuntungan), falah (kemakmuran),
dan sa’adah (kebahagiaan). Kesehatan mental dalam Islam diartikan
sebagai keselamatan dunia dan akhirat dalam bentuk kebaikan dan kebahagiaan.
Kesehatan mental ditandai dengan ketenangan jiwa, akhlak mulia, kesehatan dan
kekuatan badan, spirirtual dengan berpegang teguh pada akidah, mendekatkan
diri kepada Allah SWT dengan menjalankan ibadah dan melakukan amal
shaleh, dan menjauhkan diri dari segala keburukan yang dapat menyebabkan Allah
SWT murka. Jiwa yang sehat adalah jiwa yang terbebas dari kesedihan, kekangan hawa
nafsu, cinta kepada Allah , terbebas dari ujub dan hasud, dan selalu menjaga
diri untuk melakukan akhlak yang mulia. Ilmu jiwa dalam perkembangannya dapat
meneliti dan mempelajari mekanisme jiwa, yang menimbulkan penyakit-penyakit,
yang pada dasarnya bukan karena kerusakan organik pada tubuh, akan tetapi
karena kondisi-kondisi jiwa, perasaan tertekan, kecewa gelisah dan sebagainya,
yang umum dikenal di negara kita dengan Psikosomatik (jasmani sakit karena
jiwa). Akhir-akhir ini semakin erat hubungan antara dokter-dokter (terutama
dokter jiwa) dengan agama. Dimana ditemukan pula kadang-kadang penyakit itu
terjadi disebabkan oleh hal-hal yang berhubungan dengan agama. Dan melalui agama juga terapi bagi kesehatan mental, dalam Islam ditunjukkan secara
jelas dalam ayat-ayat Al-Qur’an, diantaranya dengan zikir, zikir itu
bisa membentuk hati manusia untuk mencapai ketentraman.
Mungkin bagi saya sendiri masalah merupakan hal yang lumrah dijumpai pada
setiap orang, baik masalah yang kecil sampai yang sangat besar. Bagi setiap
orang kadar masalah tersebut akan berbeda menurut pemahamannya masing-masing,
begitupun cara setiap orang dalam menyelesaikan permasalahan yang sedang
dihadapi, ada yang mudah untuk menyelesaikannya, ada pula yang kesulitan untuk
menyelesaikannya. Tetapi yang pasti, dalam salah satu ayat Al-Qur’an dijelaskan
bahwa, “Allah tidak membebani seseorang, melainkan sesuai dengan
kesanggupannya.” Dari penjabaran ayat tersebut, kita bisa beranggapan bahwa
masalah yang dihadapi seseorang itu sesungguhnya bisa diselesaikan oleh orang
tersebut, baik secara sendiri maupun bantuan dari orang lain. Mungkin yang
paling simple dalam menyelesaikan masalah, yaitu ketika kita berusaha untuk
mendekatkan diri kepada sang pencipta, baik itu melalui zikir, bacaan Al-Qur’an
atau amalan lain yang bisa membuat pikiran kita menjadi lebih tenang dan fokus.
Atau melalui bantuan orang lain yang kompeten, baik datang kepada orang yang
bijak maupun seorang psikolog yang bisa diambil pendapat dan masukannya.
Dari uarain diatas, masalah merupakan sesuatu hal yang pasti bagi setiap
orang, namun kadar menurut setiap orang akan berbeda, begitu pula cara
penanggulangannya pasti akan berbeda. Melalui cara berpikir secara dewasa,
masalah yang dihadapi bisa terselesaikan sempurna tanpa melahirkan gejala
kesehatan mental. Bahkan mendatangkan keuntungan baginya.
Karya: Fathur Rohman