Senin, 15 Mei 2017

Masalah dan Pendewasaan Diri






MASALAH DAN PENDEWASAAN DIRI
            Masalah mungkin hanya sebuah kata sederhana, sebuah kata yang tersusun oleh 7 kata sederhana pula. Tetapi, dibalik kesederhanaannya itu terkandung berbagai hal yang bisa mempengaruhi setiap mahluk hidup yang bernyawa. Mulai dari tumbuhan yang  tegak berdiri, hewan yang berlarian bebas di alam belantara, hingga manusia yang mempunyai akal dan pikiran yang sangat luar biasa. Dalam suatu masa tertentu,  mayoritas mahluk hidup tersebut bisa langsung bertekuk lutut dihadapannya, walau hanya karena satu atau dua masalah yang kelihatannya sepele. Bahkan ketika tidak sanggup menanggapi dan mengatasinya, sebagian diantaranya bisa mengalami gejala kegilaan atau yang biasa disebut dengan masalah kesehatan mental. Padahal jika kita bisa berpikir positif, dari suatu masalah tersebut kita bukan hanya akan mendapat kesulitan saja dalam menjalani hidup, kita juga bisa mendapatkan keuntungan daripadanya. Mungkin sebagian dari kita tidak akan percaya akan hal itu. Apakah Anda juga termasuk didalamnya ? sebenarnya kunci dari hal itu adalah ketika kita bisa berpikir positif. Iya, berpikir positif. Bukankah ketika suatu masalah bisa terselesaikan dengan baik, akan menjadi hal yang sangat kita syukuri sekali, mulai dari pikiran kita yang bisa menjadi plong, perasaan ceria yang datang bertubi-tubi sampai mood kita yang semakin meningkat. Sesungguhnya dari masalah yang kita hadapi tadi, kita bisa mendapatkan satu ilmu baru, yaitu ilmu untuk menyelesaikan masalah yang kira rasakan tadi. Selain itu juga, kita juga bisa membantu orang lain untuk menyelesaikan masalah yang sedang di deritanya, tentunya yang sama dengan yang telah kita hadapi, baik itu yang bersifat langsung atau tidak langsung. Hem,,,, seperti salah satu peribahasa mengatakan, “selalu ada berkah dibalik setiap musibah.”
            Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RisKesDes) Kemenkes tahun 2013, prevalensi gangguan mental emosionalyang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun keatas, mencapai 14 juta atau mencapai 6% dari jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat mencapai 400 ribu orang atau 1,7 per 1000 penduduk. Berdasarkan riset diatas, masalah kesehatan mental bukan hal yang sangat sepele, bahkan mungkin suatu hal yang sangat genting untuk segera ditanggulangi, bukan hanya bagi masyarakat atau pemerintah saja, tetapi merupakan tanggung jawab bagi kita semua. Data diatas mungkin hanya sebagian saja dari jumlah total orang-orang yang mengidap masalah kesehatan mental, tidak menutup kemungkinan data tersebut diambil hanya dari instansi terkait yang terdata saja, semisal rumah sakit jiwa yang terdaftar secara resmi. Jika kita rata-ratakan saja dalam satu kota ada satu orang yang mengidap masalah kesehatan mental dan kita kalikan dengan jumlah kota yang ada di Indonesia, mungkin data yang dihasilkan bisa lebih banyak lagi, dan bisa jadi datanya menjadi berlipat-lipat ganda dari data yang telah dihimpun.
      Dalam buku Ilmu Jiwa Agama karangan Zakiah Daradjat, dijelaskan bahwa Kesehatan mental adalah terhindarnya orang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurose)  dan dari gejala-gejala penyakit jiwa (psychose) dan merupakan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan di mana ia hidup. Kesehatan mental juga berarti terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk melengkapi masalah-masalah yang biasa terjadi, dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya. Sedangkan, istilah kesehatan mental dalam Al-Qur’an dan hadist digunakan dengan berbagai kata antara lain najat (keselamatan), fawz (keberuntungan), falah (kemakmuran), dan sa’adah (kebahagiaan). Kesehatan mental dalam Islam diartikan sebagai keselamatan dunia dan akhirat dalam bentuk kebaikan dan kebahagiaan. Kesehatan mental ditandai dengan ketenangan jiwa, akhlak mulia, kesehatan dan kekuatan badan, spirirtual dengan berpegang teguh pada akidah, mendekatkan diri  kepada Allah SWT dengan menjalankan ibadah dan melakukan amal shaleh, dan menjauhkan diri dari segala keburukan yang dapat menyebabkan Allah SWT murka. Jiwa yang sehat adalah jiwa yang terbebas dari kesedihan, kekangan hawa nafsu, cinta kepada Allah , terbebas dari ujub dan hasud, dan selalu menjaga diri untuk melakukan akhlak yang mulia. Ilmu jiwa dalam perkembangannya dapat meneliti dan mempelajari mekanisme jiwa, yang menimbulkan penyakit-penyakit, yang pada dasarnya bukan karena kerusakan organik pada tubuh, akan tetapi karena kondisi-kondisi jiwa, perasaan tertekan, kecewa gelisah dan sebagainya, yang umum dikenal di negara kita dengan Psikosomatik (jasmani sakit karena jiwa). Akhir-akhir ini semakin erat hubungan antara dokter-dokter (terutama dokter jiwa) dengan agama. Dimana ditemukan pula kadang-kadang penyakit itu terjadi disebabkan oleh hal-hal yang berhubungan dengan agama. Dan melalui agama juga terapi bagi kesehatan mental, dalam Islam ditunjukkan secara jelas dalam ayat-ayat Al-Qur’an, diantaranya dengan zikir, zikir itu bisa membentuk hati manusia untuk mencapai ketentraman.  
Mungkin bagi saya sendiri masalah merupakan hal yang lumrah dijumpai pada setiap orang, baik masalah yang kecil sampai yang sangat besar. Bagi setiap orang kadar masalah tersebut akan berbeda menurut pemahamannya masing-masing, begitupun cara setiap orang dalam menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi, ada yang mudah untuk menyelesaikannya, ada pula yang kesulitan untuk menyelesaikannya. Tetapi yang pasti, dalam salah satu ayat Al-Qur’an dijelaskan bahwa, “Allah tidak membebani seseorang, melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” Dari penjabaran ayat tersebut, kita bisa beranggapan bahwa masalah yang dihadapi seseorang itu sesungguhnya bisa diselesaikan oleh orang tersebut, baik secara sendiri maupun bantuan dari orang lain. Mungkin yang paling simple dalam menyelesaikan masalah, yaitu ketika kita berusaha untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta, baik itu melalui zikir, bacaan Al-Qur’an atau amalan lain yang bisa membuat pikiran kita menjadi lebih tenang dan fokus. Atau melalui bantuan orang lain yang kompeten, baik datang kepada orang yang bijak maupun seorang psikolog yang bisa diambil pendapat dan masukannya.
Dari uarain diatas, masalah merupakan sesuatu hal yang pasti bagi setiap orang, namun kadar menurut setiap orang akan berbeda, begitu pula cara penanggulangannya pasti akan berbeda. Melalui cara berpikir secara dewasa, masalah yang dihadapi bisa terselesaikan sempurna tanpa melahirkan gejala kesehatan mental. Bahkan mendatangkan keuntungan baginya.

Karya: Fathur Rohman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SEJARAH PERKEMBANGAN EJAAN DALAM BAHASA INDONESIA

SEJARAH PERKEMBANGAN EJAAN DALAM BAHASA INDONESIA        Keraf (1988), menyatakan bahwa ejaan merupakan keseluruhan peratura...